News

Pembentukan menko maritim yang membawahi Kemntrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementrian ESDM dan Kementrian Pariwisata menunjukan bahwa pemerintah ingin memajukan sektor maritim. Selama puluhan tahun sebelumnya, orintasi pembangunan lebih ke darat dan sektor maritim kita tertinggal baik dalam hal infrastruktur maupun pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya ekonomi.

Dibidang perikanan, menurut survei  BPS 2013, jumlah nelayan di Indonesa sekitar 2.17 juta (hanya 0.87% tenaga kerja) dengan tingkat kesejateraan nelayan yang lebih rendah dibandingkan penduduk yang berprofesi lain. Rata-rata pengeluaran nelayan sekitar Rp561.000 per bulan, sedangkan penduduk yang bukan nelayan rata-rata rp744.000 per bulan.

Paradoks dengan kemiskinan nelayan itu, perairan laut kita yang luas dan kaya hasil ikan telah dijarah oleh ribuan kapal asing yang melakukan illegal fishing. Terdapat 6.000-7.500 kapal ikan yang melakukan penangkapan ikan di perairan laut indonesia meskipun KKP hanya mengeluarkan izin kepada sekitar 1.300 kapal yang berbobot lebih dari 30 GT. Kerugian dari aktivitas illegal fishing tersebut diperkirakan mencapai US$15 miliar atau sekitar Rp170 triliun setahun.

Indonesia juga menjadi penghasil rumput laut terbesar di dunia dengan jumlah produksi gabungan dari jenis cottonii dan gracillaria diperkirakan 10 juta ton pada 20014. Sentra petani rumput laut tersebar di Sulawaesi, NTB, NTT, Jawa, Sumatra dan Kalimantan. Hanya saja, petani rumput laut masih menjual dalam bentuk rumput laut basah sekitar Rp12.000 per Kg. Dengan harga jual tersebut, kehidupan petani rumput laut juga identik dengan kemiskinan.

Rumput laut dapat diolah menjadi karagenan yang memiliki banyak kegunaan yaitu sebagai bahan pembentuk gel, pengemulsi, bahan pengental, penstabil dan, bahanpengikat. Selain dibutuhkan industri makanan, karagenan, juga digunakan oleh farmasi, kecantikan, manufaktur keramik, dan pupuk.

Karena itu, pemerintah Indonesia agar lebih serius mendorong tumbuhnya industri karagenan ini mengingat harga karagenan mencapai Rp120.000 per kg dengan pasar yang sangat besar didunia. Indonesia juga memiliki potensi pariwisata bahari yang sangat beragam dan tersebar di berbagai lokasi dari ujung sumatera sampai papua. Namun, namun jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia hanya 8.8 juta, masih kalah jauh dari Singapura (15 juta) Malaysia (25 juta) atau Thailand (24 juta). Ketertinggalan indonesia di sektor pariwisata itu salah satunya karena infrastruktur  akses ke destinasi pariwisata yang belum memadai. Padahal pariwisata merupakan industri unggulan yang bersifat ramah lingkungan dan memberi dampak ekonomi bagi banyak orang yang berada disekitar destinasi.

Akses Kredit Bank   

Seiring dengan pembenahan yang diupayakan pemerintah melalui melalui pembangunan infrastruktur poros maritim yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar, serta perbaikan iklim usaha bidang kelautan dan perikanan, kiranya penting dilakukan perkuatan di aspek mikro yaitu kegiatan usaha para nelayan, petambak dan petani rumput laut itu sendiri.

Perkuatan pertama adalah dari sisi aktivitas usaha yaitu bagaimana agar kegiatan nelayan, petambak ikan, petambak garam dan petani rumput itu dapat memberikan hasil usaha yang bagus yang memungkinkan mereka bisa surplus dan punya tabungan. Untuk hal ini dibutuhkan dukungan sarana produksi maupun jaminan iklim usaha yang sehat. Nelayan misalnya membutuhkan sarana perahu dan alat tangkap yang lebih efektif dibandingkan perahu yang mereka miliki selama ini.

Kedua, perkuatan lembaga usaha nelayan dan petani baik dalam bentukkoperasi maupun kelompok usaha, sehingga mereka memiliki sumber daya pendukung seperti tempat pelelangan ikan (TPI) yang dilengkapi dengan cold storage untuk penyimpanan ikan. Untuk koperasi petani rumput laut, agar mereka mampu mandiri atau bekerjasama dengan investor untuk beroperasinya industri keragenan sehingga produksi rumput laut petani memiliki kepastian pasar dan harga jual yang lebih kompetitif.

Ketiga adalah pendukung finansial dengan memperluas akses kredit perbankan dengan nelayan, petambak ikan dan garam serta petani rumput laut. Skema kredit itu mengunakan pola kredit usaha rakyat (KUR) yang disesuaikan dengan siklus hasil usaha di sektor perikanan dan kelautan. Misalnya untuk petani jadwal pembayaran pinjaman petani rumput laut menyesuaikan dengan siklus panen mereka. Begitu juga untuk petambak ikan dan nelayan tangkap yang mengunakan kapal ikan untuk menangkap ikan di laut.

Sama seperti KUR, kredit perbankan untuk sektor usaha kelautan dan perikanan tersebut juga perlu mendapat penjaminan dari PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) dengan plafon pinjaman 80%. Dengan itu, kegiatan usaha nelayan, petambak dan petani rumput laut menjadi bankable sehingga perbankan dapat menyalurkan kredit kepada mereka.

Selama tujuh taun pelaksanaan KUR. Terbukti kredit tersebut berjalan aman dan menguntungkan semua pihak, baik bank dengan pendapatan bunga di atas rata-rata net interest marginmaupun pihak Askrindo dan Jamkrindo dengan premi penjamin. KUR yan mulai disalurkan sejak 2007 tersebut per 30 september 2014 mencapai realisasi outstanding Rp50.3 triliun dari platfon kredit Rp.168.1 triliun dengan jumlahdebitur 11.906.844 dengan NPL 4% jumlah yang masih dipertanggung jawabkan bila dibanding jumlah pengajuan dan pembayaran kredit.

Sementara itu, volume usaha dan laba Askrindo dan Jamkrindo pada 2006 mencatat laba Rp50 miliar, kemudian pada 2014 menjadi Rp704 miliar. Peningkatan laba yang fantastis bagi Askrindo dan Jamkrindo dengan menjamin KUR. Data Askrindo dan Jamkrindo menunjukan, nilai penjamin KUR selama tujuh tahun periode 2007-September 2014 berjumlah Rp8.821 triliun.

Dari jumlah itu total pengajuan akumulasi klaim yang telah dibayarkan Rp227 miliar. Bank pelaksana juga memperoleh manfaat dari menyalurkan KUR baik dari sisi peningaktan volume usaha maupun penambahan nasabah dari kalangan UMK yang dapat dibina dan dikembangkan menjadi nasabah komersil bank.

Hal keempat adalah pendampingan usahadengan menempatkan para konsultan pendamping di sentra-sentra usaha perikanan kelautan. Tugas utama para kondultan pendamping itu adalah membantu para nelayan, petambak dan petani rumput laut supaya usahanya naik kelas, yaitu volume usahanya meningkat, keuntungannya meningakt, membangun budaya menabung dan ivestasi dan seterusnya.

Begitu juga terhadap kelembagaan koperasi dan kelompok nelayan, petambak dan petani rumput laut agar menjadi terkelola dengan tata kelola dan manajemen yang baik sehingga mampu membangun aset, meningkatakan dana kelolaan serta penjaminan pasarnya. Kiranya dengan terus memperbaiki aspek-aspek teknis baik dari sisi usaha maupun dukungan-dukungan sumberdaya pengetahuan dan finansial, nasib 2.17 juta nelayan, ratusan ribu petambak dan petani rumput laut dapat meningkat.

Source : Koran Bisnis Indonesia, terbit Senin, 08 February 2015 hal.02 artikel dibuat oleh BS Kusmulyono, Komisaris Independen PT bank Negara Indonesia Tbk